top of page
  • Spotify
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon

Review Drama: Sweet Home, Monster yang Ada dalam Diri Manusia

  • Writer: Tiara A
    Tiara A
  • Dec 20, 2020
  • 3 min read

Updated: Dec 7, 2021

Hmm, diliat dari judulnya saya kira drama ini bakal ada manis-manis dan kehangatan rumah. Setelah lihat poster dan trailernya, ternyata…. Bhoommm, ngga ada manis-manisnya. Berbeda sekali dari bayangan saya. Saya kira drama ini bakalan bergenre family, ternyata thriller. Saya kira bakal banyak bunga-bunga, ternyata malah banyak darah. Drama korea garapan Netflix ini mulai tayang 18 Desember 2020. Iya baru dua hari yang lalu dan sudah disajikan sampai 10 episode. Jadi kamu yang mau nonton ngga perlu takut nahan penasaran, bisa langsung marathon 10 episode itu biar feelnya lebih dapet.


Sumber: google.com


Mengadaptasi dari webtoon terkenal dengan judul yang sama, drama ini punya alur yang menarik dan yahud banget bikin deg-degan. Menceritakan tentang negara korea yang sedang dilanda wabah virus—hmmm sebenernya saya pas nonton drama ini keinget virus Covid-19. Virus ini dapat merubah seseorang jadi monster, konsepnya mirip virus zombie. Dalam drama ini menyajikan bagaimana manusia-manusia yang tinggal disebuah gedung apartemen yang tua dan kumuh harus bertahan melawan manusia-manusia yang berubah menjadi monster dimana monster-monster itu juga ada didalam gedung apartement tersebut. Kata orang-orang yang baca webtoonnya, monster di drama ini sangat mirip dengan visualisasi monster di webtoonnya. Efek CGI nya ngga usah diragukan lagi, saya sampai terkagum-kagum. Ngga heran juga drama ini menghabiskan biaya produksi hingga 34 milyar per episodenya. Gokil.


Kalau kalian udah pernah nonton Alive, ini sebenernya agak mirip. Soalnya di drama ini diceritain bagaimana para manusia itu survive. Kerennya meskipun settingnya kebanyakan di gedung apartmenet, saya ngga ngerasa bosen pas nonton. Di drama ini diceritain bagaimana lika-liku hidup manusia-manusia yang berubah menjadi monster. Indikasi mereka sudah terinfeksi virus monster ini adalah, mimisan, bola mata menghitam semua, dan mereka mendengar suara-suara negative dari otak mereka—mungkin mirip skizofernia. Dan wujud monster tiap orang ini berbeda-beda, sepertinya tergantung permasalahan masing-masing orang. Soalnya pas saya nonton, ada ibu-ibu—saya lupa namanya—yang merasa bersalah karena kehilangan anaknya, dan pas dia jadi monster wujudnya bayi. Ada juga tokoh satpam yang memiliki dendam kepada salah satu penghuni apartement yang memberikannya ikan busuk, satpam tersebut berubah menjadi monster yang dipenuhi lalat seperti ikan busuk.


Dalam drama ini ada salah satu tokoh penting, Cha Hyun Soo(Song Kang) pelajar SMA yang sering dirundung, keluarganya meninggal karena kecelakaan, sementara ia sering menyalahkan dirinya dan mencoba bunuh diri dengan menggores tanggannya. Dia menjadi salah satu tokoh yang terinfeksi virus, namun bisa menahannya. Ia seperti bisa mengendalikan dirinya, meskipun rasa bersalah terhadap keluarganya dan perasaan negatif mengenai hidupnya yang malang menjadi dorongan monster dalam dirinya itu terus muncul, Hyun Soo dapat mengendalikannya. Namun hampir di akhir-akhir episode, Hyun Soo mulai kehilangan kendalinya, ia sempat menjadi monster meskipun dia akhirnya kembali lagi menjadi manusia. Hyun Soo menjadi manusia yang tak bisa mati.


Sumber: google.com


Menurut saya drama ini sangat worth to watch karena memberikan banyak pelajaran kehidupan di setiap adegannya. Sebenarnya saya masih bingung bagaimana manusia-manusia itu terinfeksi virus, namun kalau saya ngga salah nangkap, manusia-manusia itu terinfeksi karena hasrat dan emosi dalam dirinya. Di drama ini memberikan pelajaran untuk kita bagaimana mengendalikan kedua hal itu. Kalau dari sudut pandang saya sendiri, drama ini seperti mengajarkan hasrat dan emosi negatif yang dimiliki oleh masing-masing diri kita, jika dituruti terus menerus akan menjadikan kita sebagai orang yang buruk sama seperti monster. Hyun Soo juga mengajarkan kita, bahwa kita sebenarnya bisa mengendalikan hasrat dan emosi negatif kita jika kita memiliki sudut pandang yang positif. Sementara itu penyajian permasalahan kehidupan manusia, toleransi dan egoisme manusia saat bertahan, pengorbanan, dikemas begitu apik.


Jadi segitu aja review dari saya, mungkin masih banyak kekurangan dari tulisan saya ini—karena saya juga masih dan akan terus belajar terus mengembangkan tulisan saya. Buat kalian yang ngga suka atau mungkin gampang mual lihat darah, jangan nekad buat nonton. Dan juga jangan jadikan drama ini untuk tontonan pas kalian lagi makan.

Kommentare


bottom of page