top of page
  • Spotify
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon

Review Film: The Butterfly Effect

  • Writer: Tiara A
    Tiara A
  • Oct 24, 2020
  • 3 min read

Updated: Jul 10, 2021



Terdengar klasik, tapi nulis daily life kamu di buku harian itu bener-bener menyenangkan. Saya pernah baca juga, kalau suka menulis diary bisa mengurangi stress dan bisa ningkatin kemampuan mengontrol emosi(Hmm, gausah saya sitasi ya ini, soalnya saya saja lupa bacanya dimana. Tapi di google pasti banyak kok hehe). Selain itu, membaca diary itu bakal memberikan sensasi yang lucu, seperti kembali ke masa lalu.


Ngomong-ngomong soal diary, saya pernah nonton film yang ada kaitannya dengan kegiatan nulis diary. Eh tapi genre film ini bukan romance kok, buat kamu yang suka genre sci-fic bisa nih dimasukin ke list ya(kalo kamu belum nonton). Judul filmnya ‘The Butterfly Effect’. Menurut saya ini film yahud sekali. Selain konsep filmnya yang bikin mumet, tapi film ini bagus banget diambil pesan moralnya.


Oke, saya kupas satu per satu ya. Jadi, tokoh utama film ini bernama Evan, sejak kecil Evan mengalami kejadian-kejadian aneh. Seperti dia tiba-tiba lupa tentang apa yang ia lakukan beberapa detik yang lalu. Ibunya pikir Evan memiliki suatu penyakit, alhasil dibawalah ke dokter. Awalnya yang dikira ibunya Evan memiliki gangguan di otaknya, malah divonis memiliki penyakit mental oleh dokter yang memeriksanya.


Akibat sering lupa secara tiba-tiba, Evan menulis semua kejadian yang dia alami di buku hariannya. Hal ini supaya dia tidak melupakan hal-hal penting. Namun ternyata, ‘penyakitnya’ yang mendadak lupa ini terus saja terjadi. Di salah satu scene, memperlihatkan Evan dan teman-temannya hendak menaruh petasan dikotak surat tetangganya. Namun mendadak Evan merasakan pusing, ia merasa seolah-olah pingsan. Namun herannya, saat ia kembali tersadar, ia seperti telah melewatkan suatu kejadian dan ia tak ingat apa itu.


Semua kejadian-kejadian aneh ini perlahan mulai terungkap, ketika Evan sudah mulai dewasa. Iseng membuka diarynya dan membaca catatan-catatan lamanya, tiba-tiba sesuatu aneh terjadi. Tulisan Evan yang ada dibuku mendadak kabur. Dan bhooamm! Evan kembali ke masa lalu!

Evan kembali ke masa lalu, dan yang membuat tercengang adalah, ia kembali ke bagian yang ia lewatkan. Bagian dari kejadian-kejadian yang seolah-olah hilang, yang ia tak dapat ingat selama ini. Ternyata penyebab ia suka ‘lupa’ tiba-tiba, karena itu adalah saat-saat terjadinya Evan di masa depan kembali ke masa lalu.


Melihat kenyataan bahwa ia dapat ‘kembali’ ke masa lalu, Evan berusaha mengubah beberapa hal di masa lalu dengan harapan dapat membawa perubahan yang lebih baik di masa depan. Evan hampir berkali-kali kembali ke masa lalu, mencoba memperbaiki, tapi ternyata tindakannya tak sesuai dengan ekspektasi. Masa depannya malah semakin hancur. Hingga tiba di masa Evan tidak memiliki buku diarynya. Padahal buku diarynya adalah alat untuk dia bisa berkelana ke masa lalu.


Saat menonton film ini, berkali-kali saya dibuat tercengang, beberapa scene saya putar ulang. Benar-benar harus dicermati karena plotnya yang maju mundur. Endingnya sendiri, hmmmm… kebetulan saya menonton ending yang agak lucu. Bahwa Evan mencoba mengubah masa lalunya agar ia tak pernah lahir ke dunia? Loh ko bisa? Iya, saya juga ngga tahu. Tapi setelah saya baca-baca tentang film ini, ternyata film ini punya 3 atau 4 versi ending yang berbeda. Jadi bisa dikatakan, film ini punya ending yang terbuka.


Namun meskipun memiliki alur yang sedikit bikin mikir, banyak pesan moral yang bisa diambil loh. Ada salah satu kalimat dari bapakknya Evan yang saya ingat, kalau ngga salah begini intinya "Kamu ngga bisa kembali ke masa lalu dan mencoba mengubah nasib. Kamu bukan Tuhan."


Dan ya, habis ngeliat film ini saya jadi mikir, kalau saya diberi tawaran untuk kembali ke masa lalu dan merubah beberapa kejadian, apakah saya mau menerima tawaran itu? Tentu saja keputusan saya untuk merubah kejadian di masa lalu akan berpengaruh untuk kehidupan saya di masa depan. Permasalahannya, kita ngga pernah tau apakah itu adalah hal yang baik atau malah semakin memperburuk.


Intinya sih, kondisi kamu di masa ini, saat ini, terjadi karena pilihan kamu sendiri. Dan terjadi karena emang hal itu harus terjadi, karena hal itu adalah hal terbaik bagi kamu, bagi seseorang di sekitar kamu. Jadi yang perlu dilakuin adalah jalanin hidup sebahagia mungkin, penuhi hidup dengan rasa syukur.


Masa lalu ngga perlu disesali. Cukup dikenang, jadikan pelajaran. Bukan terbelenggu, dan jangan sampai menjadi pengganggu.

Btw gais, lupa, ini film tahun 2004 ya. Buset film dari kapan tahun ini hahha. Tapi worth to watch kok. Oiya, saya juga ngga bisa ngejelasin film ini pake teori "Butterfly Effect" karena ini pusing banget. Cuma inti yang bisa saya tangkap dari teori efek kupu-kupu ini adalah perubahan sekecil apapun, bahkan sekecil kepakan sayap kupu-kupu dapat membuat perubahan yang besar dan menimbulkan efek domino. Kalau kamu tertarik baca teorinya, bisa banget ya baca di https://warstek.com/2019/02/12/butterflyeffect/


Nah untuk konten selanjutnya, kamu punya rekomendasi film bisa komen ya hehe. Saya kasih satu lagu buat nemanin hari kamu.



Opmerkingen


bottom of page