top of page
  • Spotify
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon

Menjajal Berbagai Kehidupan Melalui Perpustakaan (Review The Midnight Library)

  • Writer: Tiara A
    Tiara A
  • Nov 25, 2021
  • 3 min read

Diantara kehidupan dan kematian terdapat sebuah perpustakaan yang menyediakan banyak buku. Setiap buku-buku tersebut menawarkan kehidupan yang berbeda-beda. Jika diberi kesempatan, apakah kamu mau untuk menjajalnya?


The Midnight Library muncul diantara kehidupan dan kematian seseorang. Ada beberapa penyesalan-penyesalan yang kadang membuat seseorang terjerembab dalam sebuah dimensi antara itu. Mungkin seperti pepatah, hidup segan mati pun tak mau. Ya begitulah yang sedang dialami Nora Seed.


Nora Seed terjebak di The Midnight Library saat ia berusaha untuk bunuh diri. Di tempat itu, ia tak hidup tapi tak juga mati. Kemudian ia diberi kesempatan untuk memilih salah satu buku-buku yang ada. Buku-buku tersebut memberikan alternatif kehidupan lain. Kehidupan-kehidupan itu berasal dari keputusan-keputusan berbeda yang diambil Nora, karena perubahan kecil mampu merubah seluruh kehidupannya.


Jadi bayangin ngga sih, kayaknya asik juga ya kalau misalnya kita juga memiliki kesempatan itu. Menilik bagaimana jadinya kalau dulu saya ngga milih kuliah di Univ A dan malah kuliah di Univ B, sekarang saya sedang apa ya? Apakah saya juga sedang dilanda stress akibat semester tua dan malah memilih menulis review buku ini? Atau malah saya ternyata sudah bekerja menjadi penulis hebat? Atau malah saya ngga pernah menulis sama sekali?


Menarik. Tapi mungkin akan aneh rasanya.



Selama membaca buku ini, saya merasa Matt Haig benar-benar sangat hebat dalam membangun karakter sosok Nora Seed. Kita seakan-akan dibawa masuk menyusuri kehidupan seseorang yang tengah mengalami depresi. Mulai dari perasaan mereka yang ingin mati, penyesalan-penyesalan yang terus menghantui, tapi ternyata ada sebuah secercah cahaya yang menyinari kehidupannya hingga akhirnya ia mendapatkan harapannya kembali.


Pada bab-bab awal, depresi yang dirasakan Nora Seed digambarkan begitu nyata. Apalagi kalau ternyata salah satu dari kamu memang ada rasa relatable, mungkin ini akan sedikit trigger. Tapi pada bab-bab selanjutnya, karakter Nora Seed benar-benar berkembang. Kalau kamu membacanya dengan khidmat, bakalan kerasa juga semangat-semangat Nora untuk bangkit dari keterpurukannya.



Jujur saja, saat membaca buku ini saya serasa naik roller coaster, sama-sama deg-degan, sama-sama pengen cepet nemuin kehidupan yang cocok buat Nora. Ngga tau kenapa, tapi perasaan Nora hampir bisa saya rasakan secara nyata. Saya bahkan sempet kesel sendiri ketika membaca salah satu bab, diceritakan bahwa Nora akhirnya menemukan salah satu kehidupan dimana ia bisa merasa bahagia bahkan ia memiliki keinginan untuk menjalani kehidupan itu. Namun, meskipun Nora selalu berkata ‘Aku ingin kehidupan ini’, ia masih terus memikirkan kehidupan akarnya. Membandingkan kehidupan akarnya dengan kehidupan yang sedang ia jalani saat ini. Padahal, dua kehidupan ini sudah seperti dunia yang berbeda. Tidak akan berhasil jika memikirkan dua hal yang berbeda dalam satu pemikiran.

Mungkin ini akan menjadi sedikit spoiler, tapi Nora akhirnya tidak berhasil menjalani salah satu kehidupan terbaik itu. Kehidupan yang sempat ia pikir menjadi kehidupan yang paling membahagiakan. Sederhana namun menenangkan.


Setelah membaca bab tersebut saya berhenti sejenak. Agak jengkel. Aneh memang haha, saya bahkan sempat turut menyesal dengan kegagalan Nora menjalani kehidupan yang satu itu. Kalau kamu membacanya, kamu juga pasti akan setuju dengan saya bahwa kehidupan yang satu itu adalah sebuah kehidupan yang amat sangat sempurna. Sayangnya, kesempurnaan itu yang membuat Nora berpikir ada sesuatu yang salah.


Tapi, beberapa hari kemudian saya kembali melanjutkan membaca buku ini. Saya menemukan diri saya mulai sedikit memahami perasaan Nora. Sehebat apapun sebuah kehidupan, tapi ketika kamu tak disana sejak awal, maka itu adalah sesuatu kekurangan. Keasingan tidak akan pernah terhindarkan. Aneh rasanya ketika menyusupi sebuah kehidupan secara tiba-tiba dan kau tak tau apa-apa.


Akhirnya saya juga tersadar bahwa seburuk-buruknya kehidupan kamu, itu adalah kehidupan yang paling baik untukmu. Karena kamu disitu sejak awal, cerita-cerita yang kamu buat sejak awal, itu yang akan memberikan kekuatan yang paling penting untuk menjalani sebuah kehidupan. Tak akan ada artinya ketika kamu menjalani kehidupan tapi kamu tak pernah tau bagaimana cerita-cerita di dalamnya dengan baik.


Ya, di akhir saya menyelesaikan buku ini, rasanya sangat WAH! Sebuah ending yang sangat bagus dan pas. Matt Haig benar-benar mengajak kita untuk menyelami kehidupan Nora yang awalnya sangat buruk dan kelam, hingga bagaimana ia berproses untuk bangkit. Kemudian kembali menemukan harapan bahwa ia ingin hidup.



Saya ingat ketika Mrs Elm mengatakan bahwa akan selalu ada banyak pilihan dan keputusan yang dapat merubah kehidupan. Ya benar. Nora mungkin memiliki kesempatan untuk menjajal semua berbagai jenis kehidupannya. Tapi kita? Kita tidak bisa. Kita hanya memiliki satu kehidupan. Meski begitu, perlu kita sadari bahwa kita tak akan pernah kehabisan pilihan. Semua kemungkinan ada di tangan kita, semua keputusan dapat kita pilih sesuai dengan keinginan kita.


Namun satu hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Nora Seed adalah, tak perlu memikirkan bagaimana kehidupanmu ketika kau mengambil keputusan yang berbeda, karena bagaimanapun juga keputusan yang paling tepat dan baik untuk kehidupanmu adalah keputusan yang kau ambil saat ini. Tak perlu menyesalinya. Kau bisa memperbaikinya kapan saja selama kamu masih hidup.


“Selagi kita masih hidup, kita selalu memiliki masa depan dengan beribu kemungkinan.” -hal 452
“…hidup terkadang memberimu perspektif yang sama sekali baru dengan menunggu cukup lama bagimu untuk melihatnya.” -hal 356


Comments


bottom of page