First Date (Part 1)
- Tiara A
- Feb 4, 2021
- 3 min read
Bertingkah tak seperti biasanya, Arka mengajakku keluar dengan alasan ingin mengajakku untuk melihat seperti apa dirinya sebenarnya. Kukira Arka akan mengajakku ke tempat yang benar-benar menyenangkan. Tapi nyatanya, disinilah kami. Diatas perahu kecil ditengah-tengah luapan air sungai.
Oke, bukan berarti ini tidak menyenangkan, hanya saja, sungguh aku baru pertama kalinya diajak cowo pergi ke sungai menaiki perahu dan membawa sebuah alat pancing.Ini aku juga bawa lho. Aku. Serius. Arka menyuruhku untuk memancing ikan. Padahal ini pertama kalinya aku memegang alat pancing diumurku yang segini.
"Arka kamu sebut ini kencan?" Tanyaku memandang Arka yang cengar-cengir dengan pancingannya. Sepertinya memancing adalah hobinya.
"Iya, ini akan menyenangkan, Sha."
"Kenapa harus kesini?"
"Karena aku gamau asal kencan tanpa ada manfaatnya."
"Ha?"
Seketika kudengar tawa Arka yang menggema saat memandang wajahku. Entah sekonyol apa wajahku saat ini, tapi Arka benar-benar tertawa. Dan aku benar-benar tak mengerti apa yang ia bicarakan.
"Kamu tau manfaat mancing?"
"Dapat ikan, buat makan, kenyang ." Jawabku cuek sembari mencoba menyeburkan umpan ke dalam air.
"Melatih kesabaran."
Ah, benar juga. Aku manggut-manggut mengerti. "Melatih kita sabar nunggu gitu ya. Padahal nunggu itu hal yang menyebalkan kan?"
Arka meletakkan pancingannya, lalu kulirik dia yang mengarahkan kamera yang ia bawa kearahku. Sebelum aku melayangkan protes, dia sudah berhasil mengambil fotoku.
"Kaya aku yang sabar nunggu kepastian dari kamu, Sha." jawabnya dengan matanya yang Masih tertuju pada kameranya. "Sha, kamu cantik disini." lanjutnya sembari menunjuk ke arah hasil jepretannya.
"Jadi ini aku yang asli ga cantik?" Tanyaku dengan mengerutkan dahi sembari mencoba melihat hasil jepretan Arka.
"Hahaha, kamu lebih cantik kalo mau pacaran sama aku."
"Ngerayu dih."
"Hahaha."
Meski sedikit aneh dari kencan-kencanku sebelumnya, tapi pada akhirnya aku memilih kencan kali ini adalah kencan yang paling menyenangkan. Ternyata kencan di tempat terbuka seperti ini lebih mengasikan. Menikmati deru angin yang menyapa dan bercerita serta bercanda gurau rasanya lebih menarik. Daripada disebuah ruangan AC dengan gombalan-gombalan manis yang tak pasti.
Arka benar-benar berbeda. Meski sedikit menyinggung tentang pacaran, tapi setelah itu dia tak berkata apa-apa lagi. Ia malah membahas topik lain daripada memberiku bualan-bualan yang membosankan.
"Ka, aku ada temen, orangnya cuek. Kukira dia ga peduli sama orang-orang sekitar. Tapi kemarin pas ujan, dia minjemin aku payung."
Arka melirikku sekilas, lalu meletakkan alat pancingnya. Omong-omong soal memancing, aku benar-benar menyerah tak mendapatkan ikan satupun meski sudah sabar menanti. Sementara Arka mendapatkan tiga ekor.
"Dia cuma dingin diluar, tapi hatinya hangat. Orang kaya gitu emang sulit dimengerti." jawab Arka sambil memandang ku.
"Iya, tapi.. " Kupandangi Arka yang menatapku Serius, mendadak dia berubah menjadi pendengar yang baik. Mencoba membuatku nyaman bercerita. Tanpa kusadari senyum ku terulas begitu saja. "Aku udah berpikiran buruk. Jadi ga enak aja gitu."
Perlahan kurasakan tangan besar Arka yang menyentuh puncak kepalaku secara lembut. "Makanya jangan suka judge orang, ga baik. Dosa. Apalagi kamu ga kenal baik sama dia kan?"
"Hehehe. Itu kaya jangan menilai sesuatu dari luarnya aja kan?"
Arka mengangguk kecil dan tersenyum hangat. Kemudian matanya memandang sungai yang membentang mengitari kami.
"Kamu penganut konspirasi flat earth ga?"
"Engga."
"Oke. " Arka membenarkan duduknya, lalu menghadap kearahku. "Kamu tau kenapa bumi bulat?"
"Kenapa?"
"Karena yaa, bola meniliki sudut yang ga terbatas kan? Ya itu buat menyadarkan kita aja, kalo semua kejadian di bumi ini ga melulu hanya bisa dipandang dengan satu sudut pandang."
Aku mengangguk mengerti. Aku tersenyum memandangi laki-laki manis berkaca mata yang ada dihadapanku saat ini. Siapa sangka dia bisa menjadi seseorang yang bijak dalam sekejap waktu. Sedikit menyebalkan banyak menyenangkannya. Hehe.
Dan benar apa yang dibilang Arka, sepertinya aku harus mulai bisa memandang suatu hal dengan berbagai sudut pandang. Jadi aku tidak mudah menyimpulkan tentang seseorang yang baru kutemui atau orang yang belum kukenal dengan baik.
"Temen kamu sikapnya cuek mungkin karena satu hal? Mungkin dia hanya ga tau gimana caranya menyampaikan kebaikannya."
Aku tersenyum untuk kesekian kalinya. Nyatanya bersama dengan Arka, meskipun tanpa kata-kata bualan, aku Masih tetap bisa tersenyum tersipu. Tersipu dengan kalimat-kalimatnya yang membuatku tersadar.
"Kalo kamu tipe cowo yang bagaimana?"
"Hmm.... " Mata Arka berpaling dariku, menampakkan ekspresi pura-pura berpikiran. "Hangat diluar dan hangat didalam, mungkin? Hehe."
"Apa buktinya?"
"Sini kupeluk, pasti kamu bakalan anget."
"Modus dih."
"Hahaha.
Comments